Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image Demo image

Polusi Cahaya

  • Rabu, 01 Desember 2010
  • one_physics
  • POLUSI CAHAYA


    Polusi cahaya adalah salah satu jenis polusi. Definisi dari polusi cahaya adalah "dampak buruk akibat cahaya buatan manusia". Polusi cahaya biasanya berarti intensitas cahayanya terlalu besar. Beberapa spesies, termasuk tumbuhan dan manusia, mengalami dampak dari polusi cahaya. Kebanyakan orang tidak pernah mendengar apa itu polusi cahaya, dan yang mengetahuinya biasanya tidak peduli atau tidak melakukan apa-apa untuk menanggulanginya. Polusi cahaya merugikan Amerika Serikat satu milyar dollar setiap tahun.

    Polusi cahaya adalah efek samping dari industrialisasi. Polusi cahaya berasal dari pencahayaan eksterior dan interior bangunan, papan iklan, properti komersial, kantor, pabrik, lampu jalan dan stadion. Polusi cahaya paling parah terjadi di wilayah yang telah terindustrialisasi dengan kepadatan penduduk tinggi di Amerika Utara, Eropa, dan Jepang, serta kota-kota utama di Timur Tengah dan Afrika Utara seperti Kairo


    Gambar. Perbedaan pemandangan langit di desa(kiri) dan di kota-kota besar(kanan)


    Dampak Polusi Cahaya

    Dampak langsung yang paling dirasakan masyarakat adalah hilangnya keindahan langit malam. Sekarang ini, bila kita memandang ke langit di kota yang penuh cahaya lampu, maka sulit bagi kita melihat hamburan bintang berkilauan. Kalaupun terlihat, tidak banyak dan cahaya bintangnya redup.

    Polusi cahaya membuat bintang dan bulan tak tampak. Burung yang bermigrasi menggunakan bintang dan bulan sebagai alat navigasi. Akibat adanya polusi cahaya, mereka tidak dapat bermigrasi ke tempat yang tepat. Penyu laut juga tidak datang ke pantai dan bertelur seperti biasa karena takut dengan cahaya. Polusi cahaya juga menyebabkan masalah tidur terhadap manusia. Cahaya yang berlebihan dari billboard mengganggu orang yang sedang tidur di apartemen. Ilmu pengetahuan juga mengalami dampak dari polusi cahaya. Astronom tidak dapat mengamati dan menemukan obyek di angkasa karena terlalu banyak cahaya yang menutupi langit malam.

    Saat ini, polusi cahaya dapat dikatakan parah sekali. Data satelit mencitrakan cahaya malam di kota-kota besar seluruh dunia termasuk di Indonesia sudah sangat terang sekali. Bidang astronomi sangat merasakan dampak polusi cahaya. Daerah gelap yang biasa untuk melakukan pengamatan langit malam secara sempurna, sekarang ini semakin terbatas.

    Di pinggir kota Tokyo, ada satu observatorium yang dulu diandalkan. Namun tahun 80-90an sudah tidak digunakan lagi akibat pengaruh cahaya kota Tokyo yang sedemikian parah. Hal serupa dialami Observatorium Bosscha, Bandung, Jawa Barat. Dulu, sebelum Bandung menjadi kota berkembang seperti sekarang, hasil pengamatan galaksi menggunakan teleskop sangat bagus. Sekarang, untuk pemotretan beberapa kali saja, hasil foto sudah hitam akibat polusi cahaya kota, bukan dari obyek galaksi. Padahal pemotretan galaksi itu membutuhkan pembukaan lensa yang lebih lama, berbeda saat memotret menggunakan kamera konvensional. Keadaan Bosscha saat ini sangat terganggu oleh polusi cahaya dari kota Bandung dan perkembangan kota Lembang.

    Kota-kota besar adalah tempat yang paling parah terjadi polusi cahaya itu. Jepang menyadari bahwa hal ini tidak mungkin dihindari, namun negara itu telah membuat sebuah pengendalian terhadap polusi cahaya. Pengendalian tersebut seperti pemasangan lampu yang terpasang diluar ruangan diatur agar tidak memancar ke arah langit. Atau menghindari penggunaan lampu natrium berwarna kuning, karena lampu itu bisa mengganggu pengamatan astronomi.

    Terdapat beberapa kelompok yang berusaha mencegah polusi cahaya. Polusi cahaya pertama kali dimasukan kedalam berita tahun 1964, ketika sebuah observatorium pindah untuk menghindari polusi cahaya. Namun, polusi cahaya tidak diperhatikan hingga 6 Juni 2002, ketika Ceko mengsahkan undang-undang polusi cahaya pertama di dunia. Setelah itu polusi cahaya pelan-pelan mulai dianggap sebagai masalah publik.


    Studi Kasus


    Dampak dan penyebab umum polusi cahaya di Propinsi Jawa Barat Indonesia

    Kontradiksi status kepemilikan tanah di Observatorium Bosscha dan sekitarnya perlu perhatian lebih dari pemerintah dan perlu sama-sama kita kontrol perkembangan kasusnya jika kita ingin menyelamatkan dunia astronomi di Indonesia. Efek polusi cahaya yang timbul dari bangunan-bangunan permanen di sekitarnya yang terus bermunculan, dan ancaman terhadap timbulnya bangunan baru dari PT. Bintang Mentari Perkasa (PT. BMP) sebagai pihak pengembang yang ‘katanya’ akan menjadikan sebagian kawasan tersebut menjadi tempat wisata terpadu, akan mengancam terhadap aktifitas penelitian bintang di daerah tersebut. Dimana akan mengurangi jumlah bintang-bintang yang bisa diamati.

    Dengan semakin maraknya pembangunan di kawasan Bandung Utara, berarti akan memicu terjadinya peningkatan polusi cahaya di daerah tersebut. Disamping merusak fungsi dari kawasan tersebut sebagai kawasan lindung tentunya. Kawasan Observatorium Bosscha sebagai stasiun peneropongan bintang terbesar dan tertua di Indonesia yang berada di kawasan ini, juga akan terancam mati aktifitasnya karena polusi cahaya yang menganggu aktifitas penelitian bintang. Polusi cahaya akan menyebabkan satu persatu bintang-bintang hilang dari pemandangan langit malam.

    Jangankan polusi cahaya yang berasal dari daerah sekitar Bosscha, sebenarnya yang berasal dari Kota Bandung-pun sudah mengancam aktifitas peneropongan. Observatorium Bosscha berada pada ketinggian 1300 mdpl dan Bandung berada pada ketinggian 700 mdpl. Walaupun terdapat perbedaan jarak ketinggian yang cukup jauh (yaitu 600 mdpl), tapi pengaruhnya sangatlah besar. Hal ini terbukti lewat perbandingan dari bintang yang terlihat lewat teleskop. Dimana jika diarahkan ke Utara (ke arah Lembang) bintang yang bisa terlihat lebih banyak dibandingkan jika diarahkan ke arah Selatan (ke arah Bandung). Demikian menurut Dr. Dhani Herdiwijaya, Ketua Departemen Astronomi ITB yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Observatorium Bosscha.

    Bayangkan jika PT. BMP sebagai pihak pengembang yang akan menjadikan sebagian kawasan Bosscha menjadi tempat wisata terpadu jadi membangun, bisa dijamin maka dunia astronomi Indonesia akan mati! Walaupun akan dijadikan kawasan wisata terpadu atau apalah namanya, apakah mereka berani menjamin tidak akan menimbulkan polusi cahaya? Sangat mustahil dirasa, apalagi jika orientasinya bisnis. Melihat pengalaman kebelakang, sebagian besar pengembang di kawasan Bandung Utara hampir semuanya memberikan dampak negatif. Baik jika dilihat dari sisi lingkungan, sosial, maupun ekonomi.




    Gambar. keadaan langit Bandung di malam hari

    Dampak dan penyebab khusus polusi cahaya di Propinsi Jawa Barat Indonesia

    Studi kasus yang diambil yaitu di daerah Institut Teknologi Bandung yang terletak di kota Bandung,Jawa Barat. Terdapat beberapa masalah konfigurasi lampu yang dipakai sebagai lampu jalan di sekitaran lingkungan ITB. Dimana masih banyak lampu yang masih belum menggunakan tudung cut-off sehingga menjadi salah satu penyebab timbulnya polusi cahaya yang menyebabkan terancamnya daerah peneropongan bintang Bosscha.

    Adapun beberapa lampu yang dibuat belum memenuhi standar yang baik untuk menghindari polusi udara. Kebanyakan dari lampu di sekitaran ITB belum menggunakan lampu jenis LPS (Low Pressure Sodium). Kebanyakan dari lampunya masih menggunakan lampu jenis neon dan pijar, sehingga masih menimbulkan polusi cahaya yang cukup besar.


    Jenis-jenis konfigurasi lampu dan pencahayaannya yang ada di lingkungan Institut Teknologi Bandung:

    Adapun persebaran lampu tersebut, bisa digambarkan melalui gambar peta Institut Teknologi Bandung(ITB) bagian timur di bawah ini :


    Dapat dilihat bahwa hampir semua daerah lingkungan ITB masih belum memiliki standar lampu yang mempunyai tudung cut-off. Kalupun ada, namun masih belum cut-off yang baik dimana cahaya yang ada masih mengarah ke langit dan bukan daerah 900 lampu. Jadi sedikit banyak, lampu ini menyebabkan kaburnya pandangan ke langit untuk melihat benda di angkasa bila sedang berada di daerah ITB, khususnya bila dekat dengan lampu yang tidak memiliki tudung cut-off.

    Beberapa saran memungkinkan dapat dilakukan untuk mengurangi polusi cahaya di lingkungan ITB dan berdampak bagi polusi cahaya pada umumnya yaitu:

    1.Memperbanyak penanaman pohon yang ada disekitaran kampus ITB terutama di daerah yang paling banyak menggunakan lampu tanpa tudung cut-off.

    2.Mengganti semua lampu dengan model lampu dengan konfigurasi bertudung cut-off yang sesuai dengan prosedur yang disarankan dalam mengurangi jumlah polusi cahaya.

    3.Mengganti jenis bola lampu yang kebanyakan menggunakan lampu neon dan pijar menjadi bola lampu jenis LPS (Low Pressure Sodium).

    4.Mengurangi lampu sorot yang ada yang menyebabkan gangguan pencahayaan bagi pengguna jalan di ITB.


    0 komentar:

    Posting Komentar

    one_physics (c) Copyright 2010. Blogger template by Blogger
    Sponsored one_physics by - IcHensThea -.